Abstrak
Vascular
malformation pada spinal cord dan spinal duramater meliputi 3-4% dari seluruh
lesi di spinal cord. Kelainan ini sangat jarang ditemukan, dan kebanyakan
pasien datang dengan kondisi klinis yang buruk dan dengan defisit neurologis
yang berat, bahkan dapat mengancam jiwa jika tidak segera dikenali dan
ditangani dengan baik. Karena sifat alaminya, lesi-lesi vaskuler pada spine
kadang sering dilupakan sebagai diagnosis banding pada pasien dengan massa di
spinal cord atau dengan kondisi myelopati yang progresif. Pada case report ini,
akan dipaparkan satu kasus anak wanita berumur 14 tahun dengan dugaan suatu
spinal arteriovenous malformation (spinal AVM), yang akan dibahas perjalan
penyakitnya, evaluasi klinis dan penunjang, serta penatalaksanaan terbaik.
Diharapkan dari case report ini, kita dapat mengambil pelajaran untuk selalu
mempertimbangkan spinal vascular malformation sebagai salah satu diagnosis
banding pada pasien dengan myelopati progresif dan terdapat gambaran massa yang
terlihat pada pemeriksaan radiologis.
Keyword : Spinal vascular
malformation, Spinal arteriovenous malformation
Pendahuluan
Spinal
cord terdiri atas neuronal pathways, glial tissue, dan interwoven vascular
structure yang memberikan perfusi ke parenkim spinal. Spinal cord vascular malformation (arterial
dan venous) merupakan suatu jenis heterogen kelainan pembuluh darah yang
mengenai parenkim dari spinal cord, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Insidensinya mencapai 3-4% dari seluruh kasus primary intraspinal
mass. 80% terjadi antara usia 20 tahun dan 60 tahun.1 Kelompok ini
terdiri dari spinal arteriovenous malformation (spinal AVM), dural
arteriovenous fistula (spinal AVF), spinal hemangioma, cavernous angioma dan
aneurysma. Namun pengelompokan ini juga menjadi membingungkan. Awalnya
dipikirkan bahwa kelompok jenis penyakit ini berhubungan dengan koneksi yang
abnormal antara arteri dan vena, terlepas dari patofisiologi, symptomatology,
penatalaksanaan ataupun prognosisnya. Bahkan, karena pilihan penatalaksanaan
berhubungan erat dengan pertimbangan anatomi, dan dari perspektif historis
penatalaksanaannya semakin berkembang, pengklasifikasian spinal vascular
malformation tetap menjadi perdebatan.
Case Report
Seorang anak wanita berumur
14 tahun, datang ke Poli Bedah Saraf RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan
keluhan utama lemah keempat anggota gerak. Dari riwayat perjalanan penyakit
didapatkan sejak 6 minggu yang lalu, secara tiba-tiba pasien mengeluh hipestesi
pada lengan kanannya yang diikuti dengan kelemahan keempat anggota geraknya 2
minggu kemudian. Tidak ada riwayat trauma ataupun infeksi sebelumnya pada
pasien ini. Kelemahan keempat anggota gerak dirasakan semakin memberat hingga 3
minggu yang lalu sehingga pasien menjadi tidak dapat berjalan dan mulai timbul
keluhan retensio urine dan defekasi, serta mulai timbul pressure sore di daerah sacrum. Keluarga lalu membawa pasien
berobat ke rumah sakit terdekat, dirawat dan dilakukan pengobatan selama 9
hari, serta dilakukan pemeriksaan MRI Cervical. Pasien lalu dirujuk ke Poli
Bedah Saraf RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Dari
pemeriksaan fisik terdapat pressure sore
grade II di daerah sacrum dengan ukuran ± 15 x 10 cm, GCS 15 dengan hipestesi
setinggi level dermatom Lumbal 1 ke bawah, dan tetraparese, ekstremitas
superior terdapat parese setinggi myotome C8 dan Th1 bilateral dengan kekuatan
motorik 0/5, ekstremitas inferior terdapat paraplegi setinggi myotome L2 dan L3
bilateral, dan parese setinggi myotome L4, L5 dan S1 bilateral dengan kekuatan
motorik 1/5, dan refleks fisiologis tidak meningkat dan tidak ditemukan refleks
patologis. Sacral sparing masih baik, reflex bulbo cavernosus juga masih baik.
Propioceptif tidak terganggu dan fungsi otonom terganggu.
Dari
pemeriksaan penunjang, didapatkan lekositosis sebesar 19.000 sel/mL. Kemudian dari
pemeriksaan MRI Cervical didapatkan pada T1-WI terdapat massa isointense
setinggi C5 – C7, yang dengan pemberian kontras menyangat inhomogen. Pada T2-WI
massa memberikan gambaran hiperintense. Massa terletak intramedulla dan cenderung
berada di daerah ventral canalis spinalis. Dari gambaran ini disimpulkan massa
merupakan suatu spinal vascular malformation (Gambar 1).
Pasien lalu direncanakan untuk dilakukan reseksi
AVM. Sayangnya, setelah dijelaskan tentang prosedur tata laksana dan komplikasi
reseksi spinal AVM kepada keluarga pasien, keluarga pasien menolak dilakukan
tindakan.
0 komentar:
Posting Komentar