Penatalaksanaan1
Karena
sifat alami chordoma yang kemoresisten dan relative radioresisten,
penatalaksanaan yang dianut sejak Cushing yaitu dengan surgical excision.
Karena rekurensi lokal dibandingkan dengan metastasis jauh sangat mempengaruhi
tingginya angka morbiditas dan mortalitas pasien, maka tujuan terapi yang tepat
adalah complete excision dari tumor. Beberapa studi tentang kasus sacral
chordoma dengan en bloc resection tanpa mengganggu margin tumor atau true
oncologic resection (contohnya, dengan complete extirpation baik secara gross
dan mikroskopik tercapai) berhubungan dengan meningkatnya angka survival dan
mengurangi rate rekurensi lokal. Semangat
untuk melakukan reseksi yang agresif mulai menurun demi tercapainya surgical
decompression yang aman diikuti dengan adjuvant radiation therapy yang
memberikan long-term survival rate dan kualitas hidup yang lebih baik, terutama
pada cranial chordoma. Saat ini, ada tiga pilihan penatalaksanaan chordoma:
pembedahan saja, pembedahan diikuti radioterapi, atau biopsy diikuti
radioterapi, dan pilihan yang diambil disesuaikan dengan karakteristik pasien
dan tumornya sendiri. Untuk pasien yang inoperable, kemoterapi dapat
memperlambat atau menghentikan sementara progresi tumor. Karena sifatnya yang
tumbuh lambat, agen standard cytotoxic chemotherapy yang dapat membunuh
fast-growing cancer cell umumnya tidak efektif, sehingga memerlukan agen
kemoterapi berdasarkan targeted molecular cancer cell.
Pembedahan
Untuk
chordoma di sacrum dan mobile spine, complete en bloc resection (tumor removal
dalam satu piece) dengan tumor-free margin menjadi tujuan pembedahannya.
Reseksi intralesi (tumor removal menjadi beberapa pieces) berhubungan dengan
meningkatnya angka rekurensi dan menurunnya survival time10.
Pembedahan
untuk sacral chordoma mungkin melibatkan sebagian sacrum atau seluruh sacrum
tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Bergantung pada ekstensi tumor,
prosedur ini mungkin juga membutuhkan kombinasi approach untuk mengakses tumor
dari berbagai angle. Untuk mencapai wide margin, prosedur ini kadang mengorbankan
sacral nerve, yang pada akhirnya menyebabkan gangguan motorik, sensorik,
sphincter, atau disfungsi seksual. Ekstensi disfungsi bergantung pada sacral
nerve mana yang harus dikorbankan. Secara umum, semakin jauh ekstensi tumor
pada sacrum, akan banyak sacral nerve yang harus dikorbankan, dan makin besar
pula disfungsi yang akan terjadi pasca operasi.
Untuk
pembedahan baik pada spinal dan sacral chordoma, rekonstruksi mekanik dan soft
tissue biasanya dibutuhkan setelah dilakukan tumor removal dan bila mengenai
corpus vertebra. Karena kompleksnya pembedahan dan rekonstruksi,
multidisciplinary surgical team mungkin dibutuhkan, termasuk didalamnya
surgical oncology, neurosurgery, orthopaedi, vascular surgery, dan plastic
surgery.
Radioterapi
Ketika
tumor telah diremoved, dan complete resection tidak tercapai, radioterapi
biasanya direkomendasikan untuk mengurangi kemungkinan re-growth dari residual
tumor. Jika tercapai complete resection, radioterapi kadang dianjurkan, tetapi
keuntungan dari radioterapi masih dalam penelitian11.
Chordoma
hanya dapat dikendalikan dengan memberikan radiasi dalam dosis yang sangat
tinggi – dosis dimana akan menyebabkan kerusakan permanen dari jaringan normal.
Karena lokasi tumor yang umumnya berdekatan dengan struktur anatomi penting
seperti otak dan spinal cord, dimana keduanya tidak dapat mentoleransi dosis
radiasi yang diberikan untuk membunuh chordoma, radioterapi untuk chordoma
harus diberikan secara conformal, yaitu terfokus pada tumor dan menghindari
jaringan normal disekitarnya.
Radioterapi
dengan menggunakan proton beam therapy sangat direkomendasikan untuk pasien
chordoma karena ia memberikan dosis radiasi yang sangat tinggi terhadap tumor
tetapi meminimalisir dosis ke jaringan normal disekitarnya. Tipe lain dari
particle beam radiation yaitu carbon ion therapy juga mirip dengan proton beam
therapy, tetapi hanya tersedia di beberapa center.
Beberapa
tipe conformal radiation lain, seperti radiosurgery (termasuk Gamma Knife dan
Cyber Knife) dan intensity modulated radiotherapy (IMRT) dapat juga memberikan
hasil yang efektif, tergantung pada ukuran dan lokasi tumor. Belum ada
penelitian yang membandingkan secara langsung untuk memberikan hasil yang
optimal dari berbagai jenis radioterapi ini. Namun begitu, ada consensus dimana
conventional photon radiation tidak memberikan keuntungan pada pasien chordoma12.
Pada radioterapi pada spinal chordoma, efek radiasi dapat mengakibatkan
kerusakan spinal cord, yang salah satunya bias menyebabkan paralisis. Pada
sacral chordoma akan menyebabkan radiation proctitis, yaitu kerusakan jaringan
atau inflamasi pada colon.
Jika
tumor rekuren setelah diberikan irradiasi inisial, masih ada kemungkinan
diberikan radioterapi kembali atau malah tidak sama sekali. Ini dikarenakan
setiap jaringan normal tubuh mempunyai batas toleransi life-time maksimum terhadap
radiasi, yang apabila dilewati akan memberikan kerusakan yang serius. Kadang,
memberikan radioterapi yang tepat pun dapat merusak struktur normal
disekitarnya apabila dosis radiasi yang diberikan mencapai batas life-time
maksimum. Karena itu pemberian radioterapi ulang harus memperhatikan pada
lokasi dari tumor berasal, lokasi dari tumor yang rekuren, dosis dan distribusi
dari radiasi yang diberikan pada saat radioterapi inisial, dan beberapa faktor
lainnya13. Dosis radiasi yang diberikan berkisar antara 4500 – 8000
rad untuk saccrococcygeal dan 4500 – 5500 rad untuk cervical spine.
Kemoterapi
Jika
pembedahan dan/atau radiasi saja tidak memungkinkan, kemoterapi dapat diberikan
untuk menurunkan progresifitas penyakit. Karena chordoma cenderung tumbuh
lambat, umumnya resisten terhadap conventional cytotoxic chemotherapy agent
yang biasanya membunuh sel tumor yang tumbuh cepat. Saat ini sedang
dikembangkan obat kemoterapi yang dikhususkan secara targeted cell. Diantaranya
yaitu Imatinib (Gleevec®), suatu tyrosine kinase inhibitor.
Prognosis
Saat ini median survival mencapai 6,3 tahun14.
Referensi
1.
Justin
S. Cetas, S. A. H., Johnny B. Delashaw Jr. Chordoma and Chondrosarcoma. Youmans
Neurological Surgery. M. H. Richard Winn. Philadelphia, Elsevier Saunders. 2011.
2: 1587-1593.
2.
Catton C, O'Sullivan B, Bell R, eta!. Chordoma:
long-term follow-up after radical photon irradiation. Radiotber Oneal. 1996;41
:67-72.
3.
Brada M, Pijls-Johannesma M, De Ruysscher D.
Proton therapy in clinical practice: current clinical evidence. J Clin Oneal.
2007; 25:965-970.
4.
Palmer CA. Chordoma. Downloaded from http://emedicine.medscape.com/article/250902-overview
on 6/13/12.
5.
Brandal P, Bjerkehagen B, Danielsen H, Heim S.
Chromosome 7 abnormalities are common in chordomas. Cancer Genet Cytogenet. Jul 1 2005; 160(1):
15-21
6.
Lanzino G, Dumont AS, Lopes ME, et al. Skull
base chordomas: overview of disease, management options, and outcome. Neurosurg
Focus. 2001; 10(3):EI2.
7.
Letson GD, Muro-Cacho CA. Genetic and molecular
abnormalities in tumors of the bone and soft tissues. Cancer Control. 2001; 8:239-25I.
8. Peretti P. Imaging in chordoma. Downloaded from http://emedicine.medscape.com/article/339169-overview on 6/13/12.
9.
Mukherjee D, ChaiChana KL, GokasLan ZL, Aaronson
O, Cheng JS, McGirt MJ. Survival of patients with malignant primary osseous
spinal neoplasms: results from the Surveillance, Epidemiology, and End Results
(SEER) database from 1973 to 2003. J Neurosurg Spine 14:143–150, 2011
10.
P. Bergh, L.G. Kindblom, B. Gunterberg, F.
Remotti, W. Ryd, and J.M. Meis-Kindblom, "Prognostic factors in chordoma
of the sacrum and mobile spine: a study of 39 patients.", Cancer,
2000.
11.
D.M. Sciubba, J.J. Cheng, R.J. Petteys, K.L.
Weber, D.A. Frassica, and Z.L. Gokaslan, "Chordoma of the sacrum and
vertebral bodies.", The Journal of the American Academy of Orthopaedic
Surgeons, 2009.
12.
M. Amichetti, M. Cianchetti, D. Amelio, R.M.
Enrici, and G. Minniti, "Proton therapy in chordoma of the base of the
skull: a systematic review.", Neurosurgical review, 2009.
13.
B.P. Walcott, B.V. Nahed, A. Mohyeldin, J.
Coumans, K.T. Kahle, and M.J. Ferreira, "Chordoma: current concepts,
management, and future directions.", The lancet oncology, 2012.
14.
Jiang L, Liu ZJ, Liu XG, et al.: Upper cervical
spine chordoma of C2-C3. Eur Spine J 18 (3): Eur Spine J: 293-298; discussion
298-300, 2009.
1 komentar:
saya pasien chordoma, dimana saya bs mendapatkan dokter dan terapi yg tepat?
Posting Komentar