Spinal arteriovenous lesion dapat
menimbulkan gejala yang berhubungan dengan myelopathy (defisit dari sensorik dan
motorik, bladder dan bowel dysfunction), nyeri radikular atau defisit radikular,
back pain, atau deformitas dari columna spinalis. Perdarahan, venous
hypertension, arterial steal, dan efek massa merupakan mekanisme yang mungkin
sehingga terjadinya kerusakan spinal cord, dan mekanisme ini berbeda pada
setiap lesi. Perdarahan dapat terjadi pada parenkim spinal cord dan/atau
subarachnoid space, sehingga onset defisit neurologis yang terjadi akut. Resiko
perdarahan lebih tinggi terjadi pada spinal cord AVM. Large spinal cord AVF dan
giant spinal cord AVF, cervical DAVF, dan intracranial DAVF dengan
perimedullary venous drainage dapat juga terjadi perdarahan, tetapi small
spinal cord AVF dan thoracic atau lumbal DAVF jarang sekali terjadi perdarahan.4,5
Spinal artery aneurysma dan intranidal aneurysma mempunyai resiko yang tinggi
terjadi perdarahan.6 Sedangkan spinal AVM yang mempunyai
intracranial venous drainage, sangat jarang ditemukan perdarahan intracranial.7
Venous hypertension biasanya berhubungan erat dengan arteriovenous lesion dengan
perimedullary venous drainage.
Lesi
klasik yang berhubungan dengan venous hypertension yaitu spinal DAVF, tetapi
fenomena ini dapat juga ditemukan pada semua lesi yang mempunyai perimedullary
venous drainage, seperti pial AVF pada spinal cord atau beberapa intracranial
dural AVF. Tekanan pada vena preimedullary secara abnormal akan meningkat
akibat direct arteriovenous shunt, dan peningkatan tekanan ini akan
ditransmisikan ke vena intrinsic spinal cord akibat tidak adanya valve,
sehingga timbullah “arterialization” dari vena-vena intrinsik ini, lalu
terjadilah penebalan serta tortuous dari dinding vena, penurunan gradien
intramedullary arteriovenous pressure, penurunan tissue perfusion, dan berujung
pada hipoxia spinal cord.8 Sebagai tambahan, hilangnya autoregulasi
dari pembuluh darah intrinsic akan berakibat edema spinal cord dan terganggunya
blood-cord barrier.9 Karena conus medullaris adalah bagian terendah
dari spine pada posisi berdiri, venous hypertension biasanya timbul di daerah
ini, ditambah lagi tidak adanya sistem katup pada vena. Tekanan di draining
vein berubah seiring tekanan pada arterial, sehingga akan timbul gejala bila
penderita melakukan gerakan. Venous hypertension dapat dikonfirmasi dengan
angiografi melalui arteri Adamkiewicz dimana akan menunjukan prolong yang cukup
lama pada venous phase.10 Lesi dengan high-flow arteriovenous shunt
dapat menyebabkan fenomena stealing arterial dari jaringan spinal cord normal
di sekitarnya.11 Lesi pada aspek dorsal yang diperdarahi anterior
spinal arteri juga rentan terhadap fenomena steal ini, dikarenakan adanya
potensi yang rendah dari kolateral arteri. Efek massa jarang menjadi mekanisme
yang menyebabkan myelopathy. Large aneurysma12 dan large dilated
vein/varices yang dapat ditemui pada giant spinal cord AVF dapat menekan spinal
cord ataupun nerve root.
Presentasi
Klinis
85%
pasien datang dengan presentasi klinis defisit neurologis (back pain yang
berhubungan dengan progresif sensitif loss dan kelemahan anggota gerak bawah
bulan hingga tahun). Tetapi, spinal vascular malformation (SVM) hanya
menenmpati < 5% lesi yang menunjukan suatu spinal cord “tumor”. 10-20% SVM
datang dengan keluhan sudden onset myelopathy, terutama pada pasien yang
berumur < 30 tahun., sekunder dari perdarahan (yang menyebabkan sub
arachnoid hemorrhage, hematomyelia, epidural hematoma, atau watershed
infarction). Coup de poignard of Michon = sudden excruciating back pain dengan
SAH (tanda klinis adanya SVM)
Foix-Alajouanine
syndrome (subacute necrotic myelopathy) yaitu suatu acute atau subacute
penurunan neurologis pada pasien dengan SVM tanpa adanya tanda perdarahan.
Presentasi klinisnya berupa spastic hingga flaccid paraplegia, dengan ascending
sensory level loss dan hilangnya sphinchter control. Awalnya diduga sebagai spontaneous
thrombosis AVM yang menyebabkan subacute necrotizing myelopathy dan tidak
reversible. Walaupun begitu, data terbaru menyebutkan bahwa myelopathy diduga
karena venous hypertension dengan secondary ischemia, dan mungkin terdapat
perbaikan tanpa dilakukan terapi.
Dengan
pemeriksaan auskultasi di daerah spine akan didapatkan bruit pada 2-3% kasus.
Cutaneous angioma di daerah spine ditemukan pada 3-25%; valsava maneuver dapat
memberikan penambahan kemerahan dari angiomanya.
Evaluasi
Spinal Vascular Malformation
Spinal angiografi sangat
dibutuhkan untuk menentukan perencanaan terapi. Sebaiknya dilakukan di center
yang menangani kasus SVM. MRI dapat mendeteksi beberapa SVM dengan tingkat
sensitifitas dan keamanan yang lebih tinggi dibandingkan angiografi, tetapi
tidak cukup untuk merencanakan suatu terapi. 82% MRI menunjukan gambaran flow
void di extramedulla. Berbagai derajat intensitas sinyal cord enhancement
(mulai dari venous congestion atau venous infarction). Negative MRI tidak
mengeluarkan suatu lesi untuk pertimbangan sebagai suatu SVM.
Myelography
umumnya menunjukan serpiginous intradural filling defect. Secara umum
mengungguli pemeriksaan MRI. Jika dilakukan, pasien sebaiknya dilakukan
myelography dengan posisi prone dan supine (untuk menghindari terlewatnya suatu
kecurigaan dorsal AVM). Resiko perdarahan akibat puncture dari arteri/vena yang
berdilatasi bila dilakukan puncture dengan jarum myelography.
... Neoplastic
Vascular Lesions